Let Join us!

Hai teman-teman semua 🙂

Kami dari Himpunan Biologi UNPAD mempersembahkan sebuah acara kebanggaan kami, yaitu XENOPUS !

Tau nggak sih XENOPUS itu apa?

Xenopus adalah suatu acara pameran kreatif yang berisi stand dari berbagai Organisasi dan Instansi di bidang Lingkungan. Pameran ini juga berisi talk show mengenai lingkungan hidup.

Tidak hanya itu, kami juga mengadakan:

– LOMBA KARYA TULIS ILMIAH tingkat SMA sekota Bandung

-LOMBA HASTA KARYA untuk tingkat SMP sekota Bandung

-LOMBA FOTOGRAFI bertemakan LINGKUNGAN untuk umum

So, bagi teman-teman yang sudah mempunyai karya sesuai dengan lomba yang kami sebutkan tadi, tunggu apa lagi? Segera Daftarkan dirimu!

Formulir Pendaftaran dapat di download di Page yang ada diatas sesuai kriteria lomba.

Sebelum mendownload kalian harus mempunyai akun 4shared terlebih dahulu (Sign up bagi yang belum punya).
Lalu  tinggal klik jenis lomba > unduh (download formulir) > unduh gratis > isi formulir > kirim formulir ke himbiounpadfair@gmail.com (Sampai tanggal 4 Oktober 2013)

Untuk info lebih lengkap, teman-teman dapat mengakses di page yang telah kami sediakan. Bila ada yang ingin ditanyakan, silahkan hubungi kami di alamat “contact us”.

Kita tunggu karya-karya cetar membahana dari teman-teman semua 🙂

Beberapa Contoh Hasta Karya

Lampu Hias dari Botol dan Tutup Botol Minuman Bekas:

11-13-2008caplight

Lampu-hias-dari-botol-plastik-bekas

Tas dari Bungkus Sunlight:

Tas-terbuat-dari-plastik-bekas1

Tempat Pensil dari Botol Minuman Bekas:tempat pinsil kreasi anak bangsa

kerajinan-tangan-dari-botol-aqua

Hiasan Rumah dari Kaleng Minuman Bekas :

kerajinan-tangan-dari-kaleng-bekas

Bunga Hias dari Pembungkus Apel :

IMG01407-20110603-2313

Keranjang dari Koran Bekas:

Aneka-Kerajinan-Tangan-tmpt-sampah

Sendal Dari Kain Perca:

IMG01292-20110424-0947Mainan Anak dari Drum bekas:kerajinan-tangan-dari-botol-aqua-3

Payung dari Bungkus Detergen Bekas:

Payung-dari-bungkus-plastik-bekas

Lingkungan Hidup Kota Bandung

Perkembangan pembangunan di Kota Bandung seperti di perkotaan lain di Indonesia, sangatlah dipengaruhi oleh pertumbuhan populasi (manusia) akibat urbanisasi, terutama para pendatang yang akhirnya menetap. Badan Pengelola Lingkungan Hidup (BPLH) Kota Bandung menyebutkan Sejak tahun 1970-an, khususnya pada dekade pertama, sampai tahun 1980-an, 35% dari pertumbuhan total di semua sektor pembangunan lingkungan perkotaan adalah akibat gelombang urbanisasi yang dipacu oleh pembangunan fisik sarana dan prasarana kota yang merupakan daya tarik sekaligus daya dorong bagi para warga yang ingin memperoleh peluang kehidupan lebih baik. Laju pembangunan itu pula yang menyebabkan perkembangan kota seolah tanpa arah (urban sprawl). Hal tersebut berdampak terhadap keadaan biofisik lingkungan yang “tertekan” dengan semakin buruknya sanitasi lingkungan, menurunnya kualitas air permukaan dan udara Kota dan diperparah dengan semakin rendahnya laju produksi air tanah di wilayah cekungan bandung.

Kondisi lingkungan hidup di Bandung masih berada di bawah rata-rata Standar Indeks Kualitas Lingkungan Hidup nasional yang dikeluarkan oleh Kementrian Lingkungan Hidup (KLH). Indeks kualitas lingkungan hidup tersebut di nilai dari tiga parameter yang dikeluarkan KLH yaitu penutupan lahan, kualitas air dan kualitas udara.Menurut data yang kami peroleh, saat ini nilai indeks lingkungan hidup Kota Bandung hanya mencapai 49,59 padahal penilaian yang dikeluarkan KLH dari 0 sampai 100, standar minimal nasional yang harus dicapai nilainya 60”. Tiga parameter penilaian tersebutmenyebutkanKota Bandung masih kurang dalam penutupan lahan dan kualitas air.

Penutupan lahan di Bandungmasih kurang dari 10%, padahal menurut standar tata ruang, penutupan lahan itu minimalnya mencapai angka 30%. Berdasarkan UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, secara khusus Undang- Undang ini mengamanatkan perlunya penyediaan dan pemanfaatan ruang terbuka hijau di perkotaan, yang proporsi luasnya ditetapkan minimal 30 % dari luas wilayah kota, yang diisi dengan tanaman, baik yang tumbuh secara alamiah maupun yang sengaja ditanam. Seluas 20% harus dibangun oleh Pemerintah Kota (disebut dengan Ruang Terbuka Hijau Publik), dan 10% nya harus dibangun oleh warga di halaman atau pekarangan milik warga (disebut dengan Ruang Terbuka Hijau Privat).

Berdasarkan data yang dimiliki Dinas Pertamanan, kondisi Ruang Terbuka Hijau (RTH) menunjukkan bahwa luas RTH Bandung sebesar 1.466 ha atau sekitar 8,76% dari seluruh luas wilayah Kota Bandung. Jauh dari kondisi ideal yaitu 30% luas wilayah kota.Lahan-lahan hijau dan pepohonan di Kota Bandung kini banyak yang kehilangan fungsinya sebagai penyejuk kota dan peredam pencemaran, dan berganti dengan bangunan-bangunan komersial. Lingkungan Bandung semakin memperhatinkan.Selain masalah degradasi lingkungan Bandung masih memiliki permasalahan utama yaitu sampah dan polusi yang kian meningkat.

Berkurangnya luas lahan terbuka hijau dan jumlah pepohonan menjadikan udara semakin panas. Jumlah pohon yang kurang menjadikan ketersediaan oksigen semakin berkurang juga. Padahal oksigen sangat diperlukan untuk menentukan kualitas udara sekitar kehidupan manusia. Berkurang lahan terbuka diperparah dengan polusi udara yang secara khusus dihasilkan oleh asap knaplot kendaraan bermotor. Jumlah kendaraan bermotor yang “berseliweran” di Kota Bandung sekitar ratus ribu buah. Begitupun kendaraan roda empat, semakin bertambah dan memadati ruas jalan yang tidak bertambah dan berkembang.

Kalau kita melihat dari puncak Kawasan Utara, semisal Dago Bengkok, Kota Bandung nampak cekung dengan sekelilingnya dibatasi pegunungan. Kalau dipagi hari tanpak agak bersih dan sesekali muncul embun, tapi ketika disiang hari tanpa kehitam-hitaman yang ditengarai karena penumpukan asap dari knalpot motor dan mobil. Asap polutan itu lama sirnanya, mengingat kurang tertiup angin dan kalaupun angin berhembus tidak serta merta menghilangkan polutan itu karena Kota Bandung berbentuk cekung. Hal demikian berbeda apabila kondisinya di pantai yang seberkas polusi itu akan mudah terhempas angin.

Polusi yang tidak mudah hilang, dan ditambah udara yang lembab diperkirakan polusi akan berada dan menyatu dengan embun-embun. Apabila ini tetap berada dan dihirup oleh kita, maka menimbulkan rasa sesak dan pusing-pusing.

Menurut pengamatan kami, udara kota Bandung kurang cocok untuk olah raga speda. Kecuali untuk kawasan utara Bandung seperti, Dago Bengkok, Lembang sebelah Timur (Cibodas), Gunung Manglayang. Pada kawasan ini, udaranya relatif kecil terkontaminasi polutan asap knalpot. Jadi, jika kita ingin mendapatkan udata yang baik, maka “larilah” ke kawasan tersebut. Paling tidak satu minggu sekali menghirup udara segar, baik dengan jalan kaki maupun berspeda.

Untuk menjadi Kota Bandung segar dan berudara bersih, tentunya harus dilakukan perbanyakan ruang terbuka hijau minimal 20 kali dari ruang yang sekarang tersedia. Memperbanyak pohon-pohon, mungkin ratusan kali banyaknya dibandingkan yang sekarang tersedia. Gerakan menanam pohon harus dijadikan kegiatan harian mulai tingkat pejabat atas sampai masyarakat. Ijin-ijin pendirian mall, pasar modern, pertokoan sudah waktunya distop. Masyarakat dihimbau untuk mengurangi penggunaan kendaraan bermotor khususnya dihari seperti Sabtu dan Minggu. Memperluas area Car Free Day dan membudayakan penggunaan speda untuk kesekolah, ke kampus dan ke tempat kerja. Bike To School, Bike To Campus and Bike to work.

Kita harus berusaha terus menerus. Agar Kota Bandung kembali segar dan berudara bersih. Itu semua memerlukan kebijakan pemerintah dan partisipasi masyarakat. Tanpa itu, niscaya sulit tercapai dan Kota Bandung akan semakin terperosok pada jurang kehancuran. Mulailah dari sekarang.

Sumber: http://www.jabarprov.go.id/index.php/subMenu/informasi/artikel/detailartikel/15

ABOUT XENOPUS

XENOPUS (Exhibition Environment  and  Photography for Us)

8669_127821294091440_1676369093_n

Tema :

Peran Generasi Muda untuk Lingkungan yang Lebih Baik

Bekerja sama dengan DINAS PENDIDIKAN KOTA BANDUNG

logo-kota-bandung

Era teknologi di zaman sekarang sudah tak mungkin dibendung. Bahkan ada istilah bahwa generasi muda yang lahir pada kisaran abad ini adalah generasi teknologi, karena sejak kecil para generasi muda sudah dikenalkan dengan berbagai macam gadget dan teknologi yang sangat memudahkan dan memanjakan hidup. Dengan terpusatnya kebanyakan anak muda pada teknologi, berkurangnya kepedulian terhadap lingkungan dan alam.

Tak bisa dipungkiri pula bahwa teknologi dengan kesalahan pemanfaatanmemiliki sisi negatif yang akan berdampak tak sehat bagi penggunanya maupun lingkungan. Bak pedang bermata dua, penggunaan teknologi perlu juga dimanfaatkan sebagai sarana atau fasilitas untuk menunjang perbaikan isu lingkungan dan yang kian hari kian memburuk beritanya. Maka disini, peran generasi muda sangatlah vital demi perbaikan lingkungan.

Kegiatan Exhibition bertema “Peran Generasi Muda untuk Lingkungan Hidup yang Lebih Baik” diselenggarakan  oleh Himpunan Mahasiswa Biologi (HIMBIO) Fakultas MIPA UNPAD. Kegiatan ini diharapkan mampu meningkatkan kreativitas, kepedulian dan ketertarikan generasi muda maupun masyarakat terhadap peran mereka dalam bidang pelestarian, biodiversitas  konservasi, dan lingkungan